Survei Charta Politika: Mayoritas Tolak Politik Dinasti, tetapi Tak Mencemaskannya

jpnn.com, JAKARTA - Lembaga survei Charta Politika memaparkan temuannya tentang pendapat masyarakat atas politik dinasti yang mewarnai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Isu praktik politik dinasti mengemuka setelah putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Menurut hasil survei Charta Politika pada 4-11 Januari 2024, mayoritas respondennya mengetahui praktik politik dinasti di pilpres kali ini.
Ketua Peneliti Charta Politika Nahrudin mengatakan 61,3 persen responden survei itu mengetahui Pilpres 2024 diwarnai politik dinasti.
Selanjutnya, sebanyak 28,7 persen responden tidak mengetahui politik dinasti di Pilpres 2024.
"Sisanya sepuluh persen tidak menjawab," kata Nahrudin dalam jumpa pers secara daring pada akun Charta Politika di YouTube, Minggu (21/1).
Nahrudin menjelaskan mayoritas responden survei Charta Politika tidak setuju dengan praktik politik dinasti dalam perpolitikan di Indonesia. Angkanya mencapai 63 persen.
"Sebetulnya, masyarakat itu tidak setuju dengan dinasti politik di Indonesia," kata Nahrudin.
Isu praktik politik dinasti mengemuka setelah putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
- Soal Band Sukatani, Rampai Nusantara Menilai Kapolri Sangat Terbuka dengan Kritik
- Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi, Tessa Bilang Begini
- Setelah Pelantikan Kepala Daerah, Sultan Wacanakan Gubernur Dipilih Secara Tidak Langsung, Simak Penjelasannya
- Wibawa Pemerintahan Prabowo Dipertanyakan Setelah Terbit Instruksi Megawati
- Ada Dukungan Jokowi, Persis Gagal Kalahkan 10 Pemain Semen Padang
- Bendera PSI Perorangan Berkibar di Sejumlah Ruas Jalan Jakarta