Survei KIC: Indonesia Masih Tertinggal dalam Pengembangan Teknologi AI

Survei KIC: Indonesia Masih Tertinggal dalam Pengembangan Teknologi AI
Mesin pencari ChatGPT Search. Foto: Antara/OpenAI

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Riset Katadata Insight Center (KIC) Gundy Cahyadi merilis hasil riset pertama soal kesadaran dan pandangan publik mengenai teknologi kecerdasan buatan (AI) secara komprehensif, serta potensi Indonesia dalam membangun AI secara berdaulat.

Gundy menyebutkan secara mendetail, ada berbagai temuan penting dalam riset ini. Misalnya saja, Indonesia dianggap masih tertinggal dalam pengembangan AI, terutama dalam aspek teknologi dan regulasi.

“Namun, keterlambatan ini dapat menjadi peluang strategis karena Indonesia dapat belajar dari pengalaman negara lain untuk menerapkan strategi dan regulasi yang lebih terarah,” kata Gundy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (6/2).

Selain itu, studi KIC menemukan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai AI tergolong tinggi, meski pun pengetahuan tentang teknologi dimaksud masih terbatas.

Di saat yang sama, mayoritas masyarakat menunjukkan optimisme terhadap masa depan teknologi AI.

Secara keseluruhan Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI karena sejumlah faktor, seperti populasi usia produktif yang cakap digital, lanskap digital yang dinamis, serta posisi ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

“Penting bagi ekosistem digital Indonesia untuk ikut ambil bagian berkontribusi dalam perkembangan AI dunia,” ujar Gundy.

Masih mengutip laporan KIC, Gundy menjelaskan AI secara umum mengalami perkembangan pesat pada dekade ini. Bahkan, 2023 perlu dicatat sebagai tahun yang bersejarah lantaran perkembangan AI generatif yang mulai masif.

KIC menemukan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai AI tergolong tinggi, meski pun pengetahuan tentang teknologi dimaksud masih terbatas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News