Survei LSI, Makin Saleh Masyarakat, Organisasi Ekstrem Tak Laku
jpnn.com, JAKARTA - Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil riset tentang 'Sikap Publik atas Kekerasan Ekstrem, Toleransi, dan Kehidupan Beragama di Indonesia' yang digelar Mei 2022.
Survei ini digelar LSI pada 16-29 Mei 2022 dengan melibatkan 3.090 WNI yang telah memiliki hak pilih sebagai responden. Mereka diwawancarai tatap muka oleh pewawancara terlatih.
Penentuan sampel dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling). Adapun toleransi kesalahan (margin of error) penelitian ini sekitar 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, dalam paparannya menyatakan bahwa makin saleh seseorang kian tidak pro kekerasan dan organisasi ekstrem.
Menurutnya, ada beberapa hal menjadi faktor tinggi atau rendahnya dukungan masyarakat terhadap kekerasan dan organisasi ekstrem.
Pertama, kata Djayadi, kepuasan (approval rating) terhadap kinerja presiden dan kesalehan, baik subjektif (merasa saleh) maupun objektif (frekuensi menjalankan ritual ibadah).
"Kesalehan, baik subjektif maupun objektif, menurunkan dukungan terhadap kekerasan ekstrem," ucap Djayadi saat mendiseminasikan hasil survei tersebut di Hotel Sari Pacific Jakarta, Kamis (4/5).
Lebih lanjut, kata Djayadi, Makin intoleran seseorang atau memiliki kelompok yang dibenci dan keberatan jika kelompok tersebut mendapatkan haknya sebagai warga negara cenderung pro kekerasan ekstrem.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil riset tentang 'Sikap Publik atas Kekerasan Ekstrem, Toleransi, dan Kehidupan Beragama di Indonesia'
- Lihat Itu Massa Reuni Akbar PA 212 yang Beraksi Hari Ini, Mars FPI Menggema di Monas
- Beredar Pakta Integritas RK-Suswono dengan FPI, Isinya Penuh Isu Sara
- Tokoh Islam Pendukung Anies Ramai-Ramai Dukung Ridwan Kamil-Suswono
- Hasil Survei Terbaru LSI soal Elektabilitas Paslon Pilkada Kota Bandung 2024, Tidak Mengejutkan
- Komdigi Bersama KTP2JB Sosialisasikan Perpres Nomor 32 Tahun 2024 kepada Puluhan Media
- Skandal Kredibilitas Persepi, Dewan Etik Terbukti Punya Konflik Kepentingan