Survei Utting Research & Potensi Kejutan di Pilpres 2024

Survei Utting Research & Potensi Kejutan di Pilpres 2024
Ilustrator: Sultan Amanda/JPNN.com

Survei capres berupa jajak pendapat politik mulai terselenggara secara semiprofesional setelah Soeharto lengser. Survei diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Sosial dan Ekonomi (LP3ES).

Para peneliti di LP3ES sudah tidak asing dengan metode-metode pengambilan sampel berbasis hitung-hitungan kuantitatif. Pada Pemilu 1997 yang menjadi pemilihan umum terakhir di masa Orba, LP3ES telah mengadakan survei hitung cepat untuk kawasan Jakarta.

LP3ES juga pernah menyelenggarakan survei pada Pemilu Legislatif 1999 saat Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie.

Survei capres di Indonesia pertama kali dilakukan menjelang Pemilu 2004. Berbagai lembaga survei kala itu menyatakan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai capres terkuat.

Prediksi itu benar. SBY terbukti menang Pilpres 2004 dengan suara 33,57 persen pada putaran pertama. SBY memenangi putaran kedua Pilpres 2024 dengan raihan suara 60,62 persen.

Tradisi survei di Indonesia masih seumur jagung, tetapi perannya sudah sangat besar dalam memengaruhi keputusan politik. Nyaris tidak ada politisi yang berani maju untuk merebut jabatan eksekutif maupun legislatif yang tidak mempergunakan lembaga survei.

Bisa disebut bahwa lembaga survei adalah keniscayaan bagi politisi yang hendak maju berkontestasi. Lembaga survei sudah menjadi industri tersendiri dengan putaran uang triliunan rupiah.

Para surveyor itu sekaligus menjadi konsultan politik yang menawarkan paket komplet dengan harga yang tinggi. Oleh karena itu, lembaga-lembaga survei menjadi perusahaan beromzet besar.

Politik penuh dengan ketidakterdugaan dan anomali. Hasil survei Utting Research ini bisa menjadi indikasi bahwa Pilpres 2024 akan memunculkan kejutan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News