Susahnya Miliki Darah Langka di Indonesia
Rabu, 27 Juni 2012 – 09:27 WIB
"Kami juga sering disodori amplop dari keluarga pasien yang membutuhkan darah kami. Tapi, dengan halus kami tolak. Kalau toh memaksa juga, amplop itu kami masukkan ke kas RNI buat akomodasi kalau ada anggota yang mau donor ke daerah," ungkapnya.
Begitu langkanya darah rhesus negatif, dalam setiap tes darah dokter pun meyakini bahwa 99 persen masyarakat Indonesia bergolongan darah A, B, O, atau AB sehingga tidak perlu tes rhesus. Padahal, proses tes darah rhesus sama, hanya cairan pengujinya yang berbeda.
"Jadi, sebenarnya golongan darah itu masih dibagi lagi, apakah A+ atau A-, lalu B+ atau B-, kemudian O+ atau O-, juga AB+ atau AB-," terangnya.
Hal itu penting untuk diketahui karena saat" pemilik darah rhesus negatif sakit, dia tidak bisa ditransfusi menggunakan rhesus positif. Tetapi, kalau sebaliknya bisa. "Jadi, kalau pemilik darah A- sakit, tidak bisa ditransfusi darah A+, meskipun darahnya sama-sama A. Kalau dipaksakan bisa gawat. Badan si A- bisa mengeluarkan antibodi yang menganggap A+ itu musuh," jelas Natalia.
Pemilik darah langka rhesus negatif yang diperkirakan hanya satu persen dari jumlah penduduk Indonesia bisa berlega hati. Pasalnya, pada 12 November
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408