Susahnya Teliti Gelatin agar Tak Masuk Neraka

Susahnya Teliti Gelatin agar Tak Masuk Neraka
PANDUAN - Dewan Penasehat LPPOM MUI Nadratuzzaman Hosen menunjukkan buku panduan menentukan halal-haram MUI. Foto: Zulham Mubarak/Jawa Pos.
"Di dunia ini belum ada teknologi yang dapat mengurai asal gelatin. Gelatin dari sapi maupun babi hampir sama. Karena itu, kami bekerjasama dengan IPB. Kami adalah satu-satunya lembaga di dunia yang mengembangkan teknik analisis itu. Kini penelitian untuk merancang cara itu hampir tuntas," papar pria yang juga anak dari salah seorang tokoh MUI ini.

Nadra menambahkan, selama ini auditor halal kerap menemukan gelatin dalam pembuatan makanan atau obat. Karena itu, mereka selalu menelusuri perusahaan yang memasok bahan tersebut. Jika perusahaan pemasok gelatin termasuk dalam daftar produsen berbahan babi, rekomendasi halal bagi produk yang memiliki gelatin dalam daftar bahan pembuatnya itu tidak diluluskan.

"Tapi, yang sulit adalah jika gelatin itu hasil ekspor. Biasanya, kami rekomendasikan untuk mengganti dengan bahan yang berbahan sapi atau zat lain," katanya.

Nadra pun mengenang, salah satu proses paling rumit yakni ketika yang mengajukan sertifikat halal adalah produsen essence atau rasa buatan. Sebab, produk itu mengandung sedikitnya 1.000-1.500 bahan kimia penyusun. Tuntutan zero tolerance membuat auditor bekerja hingga enam bulan lebih, untuk memastikan kategori produk tersebut halal atau haram, karena setiap zat penyusun itu harus diteliti di laboratorium.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) punya lembaga khusus yang bertugas meneliti halal-tidaknya sebuah produk makanan dan obat-obatan sebelum dilepas ke

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News