Susu Tiongkok di Indonesia Jumlahnya Kecil
Senin, 22 September 2008 – 12:51 WIB
SURABAYA - Maraknya susu beracun asal Tiongkok tidak akan mempengaruhi konsumsi masyarakat Indonesia. Pasalnya, impor susu dari negara tersebut jumlahnya sangat kecil. Apalagi pasar susu Indonesia dikuasai produsen besar dari Autralia dan Selandia baru. Sementara 70 persen susu yang beredar merupakan susu impor terutama dari Australia dan Selandia Baru. Impor susu yang dilakukan ada dua jenis. Pertama impor dalam bentuk susu bubuk atau cair, kedua impor dalam bentuk bahan baku susu (susu skim) yang bisa diolah lagi. Tingginya impor susu termasuk bakan bakunya menyebabkan harga susu di Indonesia mengalami peningkatan. Menurut Thomas, harga bahan baku susu pada 2005 sekitar USD 2.000- 2.500 per ton. Sementara pada 2007 harga melonjak dua kali lipat menjadi USD 4500-5000 per ton.
’’Susu dari Tiongkok di Indonesia jumlahnya kecil sekali. Apalagi sejak kejadian permen Tiongkok yang menjadi perhatian beberapa waktu lalu, pengawasan produk dari China menjadi lebih ketat. Sehingga produk yang tidak berkualitas baik lebih susah masuk. Kalaupun ada yang ilegal, mungkin di daerah perbatasan,’’ kata Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Thomas Dharmawan, Minggu (21/9).
Baca Juga:
Dia mengungkapkan, saat ini konsumsi susu di Indonesia diperkirakan mencapai 2 miliar liter per tahun atau sekitar 9 liter per kapita per tahun. Jauh dibawah konsumsi India dan Tiongkok yang mencapai 18 liter per kapita per tahun. Dari konsumsi sebanyak itu, produksi dalam negeri hanya sekitar 400-500 ratus juta liter per tahun yang dihasilkan sekitar 350 ribu ekor sapi. Atau 30 persen dari total susu yang terdapat dipasar dalam negeri.
Baca Juga:
SURABAYA - Maraknya susu beracun asal Tiongkok tidak akan mempengaruhi konsumsi masyarakat Indonesia. Pasalnya, impor susu dari negara tersebut
BERITA TERKAIT
- GB Sanitaryware dan Christian Sugiono Garap Project Rahasia di Bali
- Pertamina Patra Niaga Tingkatkan Inspeksi ke SPBU
- Lewat Transisi Energi Terbarukan, Indonesia Bisa Menurunkan Emisi GRK
- KAI Living Gondangdia Masuki Tahap Penyelesaian
- SIG Raih Peringkat Gold di Ajang Asia Sustainability Reporting Rating Award 2024
- Berkomitmen Terapkan Keuangan Berkelanjutan, BNI Kantongi Gold Rank ASRRAT 4 Tahun Berturut-turut