Suu Kyi Berulah Lagi, Beri Harapan Palsu untuk Rohingya
Ahmed sudah membayangkan, begitu sampai Rakhine, dirinya akan langsung memperbaiki rumah dan mengurus sawah ladangnya.
Berbekal dokumen kepemilikan di tangan, dia tak khawatir akan menjadi gelandangan atau pengangguran setelah kembali ke Desa Kyauk Pan Du nanti.
Namun, ternyata sertifikat saja tidak cukup. Apalagi, dokumen milik Ahmed telah menguning dan sobek di sana sini.
”Kami tidak akan mengakui kepemilikan lahan atau sawah jika mereka tidak punya dokumen kependudukan,” kata Kyaw Lwin, menteri pertanian Rakhine, sebagaimana dilansir Reuters kemarin (22/10).
Itu kabar buruk bagi Ahmed yang punya sawah serta ladang kentang, lombok, dan almon di desanya. Sebab, sejak zaman nenek moyang, kaum Rohingya tak pernah diakui sebagai warga negara Myanmar.
Karena tak pernah diakui, kaum Rohingya pun tak pernah mengantongi dokumen kependudukan. Dengan begitu, Ahmed dan para pemilik sawah juga ladang di Rakhine pun sepertinya tak akan bisa mengklaim harta mereka tersebut.
Padahal, sebentar lagi sawah-sawah menguning yang kaum Rohingya tinggalkan dalam krisis sektarian bakal panen. Harapan untuk mendapatkan kyat (mata uang Myanmar) pun pupus.
Tentang panen padi, pemerintah Myanmar ternyata sudah punya rencana sendiri. Pemerintah bakal memanen sawah seluas 28.935 hektare yang ditinggalkan penduduk Rakhine.
Pemerintah Myanmar lagi-lagi menunjukkan ketidakpedulian mereka terhadap penderitaan etnis Rohingya
- Pemkot Pekanbaru Mengalami Kendala Pindahkan 277 Pengungsi Rohingya
- Pengakuan Imigran Rohingya: Bayar Rp 32 Juta untuk Naik Kapal ke Indonesia
- Imigran Rohingya Mendarat Lagi di Aceh, Jumlahnya 93 Orang
- Lihat, Kapal Imigran Rohingya Terombang-ambing di Perairan Aceh
- Dunia Hari Ini: Perdana Menteri Bangladesh Mengundurkan Diri
- Bea Cukai Kawal Ekspor Perdana 36 Ton Biji Pinang Belah Asal Jambi ke Bangladesh