Swab Akhir

Oleh: Dahlan Iskan

Swab Akhir
Dahlan Iskan di ruang perawatan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Surabaya. Foto: disway.id

Memang IgM saya masih nonreaktif. Namun empat hari kemudian –dari hasil pengecekan darah lanjutan– IgM itu sudah pula reaktif. Dengan angka yang juga sangat bagus.

Awalnya saya menduga hanya IgG yang bisa reaktif. Yakni hasil dari transfusi konvalesen.

Dokter memang memberi saya transfusi plasma dari darah orang yang sudah sembuh dari Covid-19. Sedang dari tubuh sendiri mungkin tidak akan muncul. Itu akibat tiap hari, selama 15 tahun, saya minum obat menurun imunitas.

Ternyata tidak begitu. Tubuh saya tetap bisa melahirkan imunitas terhadap virus Covid-19. Hanya munculnya belakangan. Selisih tiga hari.

Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya secara medis. Juga tidak tahu harus kepada siapa menanyakannya: apa akibat buruk tingginya imunitas saya itu –pada transplantasi saya yang tidak menghendaki imun yang kuat.

Saya kena Covid di hari yang sama dengan ustaz Misbahul Huda, sesama pimpinan pesantren keluarga. Juga negatif di hari yang sama. Bedanya: saya berobat ke rumah sakit Premier Surabaya. Ustaz Huda isolasi di rumah.

Total ada enam orang sepupu saya yang meninggal karena Covid-19. Bahkan adik kandung saya, ustaz Zainuddin, ternyata juga kena Covid. Itulah satu-satunya saudara kandung yang masih hidup. Tinggal di Madiun.

Saya telat tahu bahwa adik saya kena Covid. Tahu saya justru setelah ia sembuh. Saya pun bertanya bagaimana ceritanya.

Saya memang menahan diri untuk bisa tidak bertanya. Akhirnya anak wedok saya, Isna Iskan, yang tahu duluan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News