Swab Akhir
Oleh: Dahlan Iskan
Ternyata ia menengok sepupu yang lagi Covid parah. Ia masuk kamar rumah sepupu itu di desa. Ia tahu: sepupu itu lagi menderita Covid berat. Yang tetap di rumah karena tidak bisa masuk RS. Penuh.
"Apa pun risikonya saya harus menjenguknya," kata adik saya. "Saya tidak tega untuk tidak menjenguk. Ia terus-menerus menyebut nama saya dalam sakitnya," ujar Zainuddin.
Dua hari kemudian keponakan itu meninggal dunia. Adik saya menderita sakit panas. Parah sekali. Demam. Batuk. Sakit perut. Sakit tenggorokan.
Ia tidak mau masuk rumah sakit. Ia tidak mau minum obat. Ia pilih melawan dengan keyakinan dan zikir.
Kalau saja saya tahu, saya pasti marah sekali. Tapi tahu saya sudah sangat terlambat. Saya hanya bisa tertawa mendengar ceritanya.
Apalagi setelah mendengar istrinya tidak tertulari.
Covid ini benar-benar aneh. Ada yang diobati baru sembuh. Ada yang diobati mati. Ada yang tidak diobati sembuh. Ada yang tidak diobati mati.
Setelah sembuh adik saya itu talon. Ia mendengar kalau saya terkena Covid. "Tenang saja," katanya.