Swasembada Pangan Zaman Pak Harto Membuat Indonesia Berdaulat

jpnn.com, JAKARTA - Selama 32 tahun memimpin Indonesia, Soeharto telah banyak menorehkan catatan kebanggaan dan prestasi. Pembangunan tersebut sebenarnya dapat dilanjutkan oleh pemerintahan Indonesia saat ini dan di masa akan datang.
Salah satunya swasembada pangan. Pada 1984, Indonesia berhasil swasembada beras dengan angka produksi sebanyak 25,8 ton.
Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada 1985. Pasalnya, pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup.
Negara yang tak mampu mencukupi kebutuhan pangannya sangat rentan terhadap gejolak, baik gejolak harga hingga tergantung pada pasokan Negara lain. Artinya, kedaulatan Negara sebenarnya dalam konteks praktis bertumpu pada swasembada pangan.
Keberhasilan itu diakui oleh pakar sejarah dari Universitas Padjajaran (Unpad) Dr. Tiar Anwar Bahtiar. "Swasembada pangan itu proyek yang bagus. Kalau kita mau jadi negara yang mandiri, maka harus bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Tidak tergantung pada orang lain," kata Tiar, Sabtu (8/7).
BACA JUGA: Jumlah PPPK Lebih Besar Dibanding PNS, Sistem Kepegawaian Bakal Lebih Sehat?
Pangan menjadi magnet perhatian publik karena memang dampaknya yang luas, mulai dari pegawai kantoran, ibu rumah tangga, hingga asisten rumah tangga pasti mengomentari berita tentang pangan. Maka itu, pemerintah yang berkuasa harus memprioritaskan komoditas pangan.
"Itu pokok. Jadi kalau sekarang terlalu banyak impor pangan seperti jagung dan kedelai, itu menandakan negara kita lemah," ujar mantan ketua umum Pemuda Persis ini.
Swasembada pangan peninggalan Presiden kedua RI Soeharto akan terus dikenang bangsa ini.
- David Herson Optimistis Target Swasembada Pangan di Era Presiden Prabowo Akan Tercapai
- Jatim Sumbang 25 Persen Laju Tanam Padi Nasional, Khofifah: Komitmen Wujudkan Kedaulatan Pangan
- Irwan Fecho Bicara Pembangunan Berkelanjutan di Rakernas IKA SKMA 2025
- Wacana Gelar Pahlawan untuk Pak Harto dan Bagaimana Menyikapinya
- Serapan BULOG Jatim Tembus 300 Ribu Ton Setara Beras, Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir
- Soal Polemik Soeharto Pahlawan, Ketum Muhammadiyah Singgung Bung Karno hingga Buya Hamka