Sweeping Tempe Berakhir Ricuh
Kedelai Meroket, Makanan Rakyat Jadi Barang Mewah
Kamis, 26 Juli 2012 – 04:16 WIB
’’Problem kita ini untuk kedelai adalah problem lahan, yang sejak awal saya menyampaikan untuk bisa swasembada itu butuh minimal (tambahan) 500 ribu hektare,’’ sebutnya. Padahal, persoalan keterbatasan lahan seharusnya tidak menjadi masalah karena saat ini potensi lahan terlantar mencapai 7,2 juta hektare (ha).
Tak Signifikan
Untuk itu, Kementerian Pertanian akan berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam upaya penyediaan lahan untuk penanaman kedelai mulai 1,1-1,5 juta ha.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krishnamurti menimpali, dengan pembebasan bea masuk kedelai maka harga impor kedelai bakal turun sekitar Rp 350-400 per kilogram. ’’Kira-kira, harga impor akan dalam rupiah akan turun sekitar Rp 400-an,’’ katanya.
Tak Signifikan
Menurut Ketua II Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Sutaryo, dihapusnya bea keluar impor itu tak signifikan mengatasi melejitnya harga kedelai.
JAKARTA-Aksi sweeping tempe di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, berakhir ricuh, kemarin. Sweeping yang dilakukan produsen tahu tempe yang tergabung
BERITA TERKAIT
- Dorong Ekosistem Kendaraan Listrik, ENTREV Hadir di Electricity Connect 2024
- Libur Nataru, Pemerintah Bakal Segera Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Storm Trade Luncurkan Program Ambassador untuk Influencer dan Advokat Kripto
- SIG & PT Pertamina Lubricants Kembangkan Pelumas Open Gear Dalam Negeri
- Erwin Aksa: Persiapan Rapimnas Kadin 2024 Berjalan Baik dan Sesuai Rencana
- Ruas Falah Dukung MIND ID Mengakselerasi Pembangunan SGAR Mempawah Fase II