Sweeping Tempe Berakhir Ricuh

Kedelai Meroket, Makanan Rakyat Jadi Barang Mewah

Sweeping Tempe Berakhir Ricuh
KEDELAI NAIK. Pengrajin tempe di sentra produksi tempe di Kerobokan Semarang, Rabu (25/7). Kenaikan harga kedelai import yang melambung naik hingga Rp 8 ribu per kilogram dikeluhkan oleh para pengrajin. Untuk tetap bertahan, para pengrajin ini harus mensiasati dengan menurunkan ongkos produksi. Foto: Dhani Setiawan/Jateng Pos
’’Penghapusan itu sesuai usulan, itu hanya sementara untuk mengurangi harga, itu tak bisa mengobati harga di luar negerinya tidak bisa ditahan. Tapi minimal bisa mengobati kendati tak bisa signifikan,’’ katanya.

Ia menambahkan, untuk jangka menengah, pemerintah perlu menata tata niaga dan impor kedelai, serta melindungi petani dan menggenjotkan produksi kedelai dalam negeri. ’’Nantinya, kebutuhan kedelai 80 persen dari lokal dan 20 persen dari impor,’’ ujarnya. (wok/lum/flo/jpnn)

Kenapa Krisis Kedelai?

1. Impor dari Amerika

2. Amerika dilanda kemarau, harga meroket

Tuntutan Rakyat:

1.    Pemerintah jangan impor.

JAKARTA-Aksi sweeping tempe di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, berakhir ricuh, kemarin. Sweeping yang dilakukan produsen tahu tempe yang tergabung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News