Sweeping Tempe Berakhir Ricuh
Kedelai Meroket, Makanan Rakyat Jadi Barang Mewah
Kamis, 26 Juli 2012 – 04:16 WIB
Di samping insentif, sambung Sutrisno, perlu juga diusahakan agar lahan pertanian untuk menanam kedelai diperluas. Sebab, lahan untuk menanam kedelai masih sangat sedikit dan bersifat sporadis.
Politisi PKS Salahkan Hatta
Nah, jika lahan pertanian kedelai diperluas, Indonesia diharapkan bisa memiliki pusat-pusat produksi kedelai, sehingga tak lagi bergantung pada pasokan dari luar negeri. Selanjutnya yang tak kalah penting yakni pengembangan bibit unggul.
’’Perlu ada riset dan pengembangan teknologi untuk menghasilkan bibit kedelai unggul yang lebih produktif. Kalau negara-negara yang mengekspor beras saja bisa menghasilkan kedelai bagus, mengapa Indonesia tidak bisa,’’ papar dia.
Data yang dimiliki HKTI menyebutkan, total konsumsi kedelai Indonesia mencapai 2,4 juta ton per tahun. Sebanyak 1,4 juta ton diserap industri tahu dan tempe. Sementara, pertanian kedelai dalam negeri hanya mampu memproduksi 700 ribu ton per tahun, sehingga sisanya yang 1,7 juta ton ditutup dari impor.
Politisi PKS Salahkan Hatta
JAKARTA-Aksi sweeping tempe di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, berakhir ricuh, kemarin. Sweeping yang dilakukan produsen tahu tempe yang tergabung
BERITA TERKAIT
- Libur Nataru, Pemerintah Bakal Segera Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Storm Trade Luncurkan Program Ambassador untuk Influencer dan Advokat Kripto
- SIG & PT Pertamina Lubricants Kembangkan Pelumas Open Gear Dalam Negeri
- Erwin Aksa: Persiapan Rapimnas Kadin 2024 Berjalan Baik dan Sesuai Rencana
- Ruas Falah Dukung MIND ID Mengakselerasi Pembangunan SGAR Mempawah Fase II
- Toshiba Berbagi Tips Menjaga Kebersihan Dispenser