Sweeping Tempe Berakhir Ricuh

Kedelai Meroket, Makanan Rakyat Jadi Barang Mewah

Sweeping Tempe Berakhir Ricuh
KEDELAI NAIK. Pengrajin tempe di sentra produksi tempe di Kerobokan Semarang, Rabu (25/7). Kenaikan harga kedelai import yang melambung naik hingga Rp 8 ribu per kilogram dikeluhkan oleh para pengrajin. Untuk tetap bertahan, para pengrajin ini harus mensiasati dengan menurunkan ongkos produksi. Foto: Dhani Setiawan/Jateng Pos

Anggota Komisi Pangan DPR S Nabil Al Musawa mengatakan krisis kedelai indikasi Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa tidak bersungguh-sungguh dalam mencapai swasembada kedelai.

"Padahal kedelai satu dari lima komoditas yang harus swasembada pada 2014 sebagaimana dicanangkan Pemerintahan SBY-Boediono," kata S Nabil Al Musawa, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Rabu (25/7).

"Selama Menko Perekonomian tidak serius mencapai swasembada pangan, beginilah jadinya," tambah anggota Komisi IV dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) itu.

Lebih lanjut, Nabil Al Musawa mengungkap fakta ketidakseriusan itu bisa dilihat dari tidak adanya dukungan pihak terkait kepada Menteri Pertanian. Anggaran untuk kementerian ini juga tak pernah ditambah. Menurut Habib, Menko Perekonomian kurang memperhatikan aspek pertanian.  

JAKARTA-Aksi sweeping tempe di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, berakhir ricuh, kemarin. Sweeping yang dilakukan produsen tahu tempe yang tergabung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News