Sweeping Tempe Berakhir Ricuh

Kedelai Meroket, Makanan Rakyat Jadi Barang Mewah

Sweeping Tempe Berakhir Ricuh
KEDELAI NAIK. Pengrajin tempe di sentra produksi tempe di Kerobokan Semarang, Rabu (25/7). Kenaikan harga kedelai import yang melambung naik hingga Rp 8 ribu per kilogram dikeluhkan oleh para pengrajin. Untuk tetap bertahan, para pengrajin ini harus mensiasati dengan menurunkan ongkos produksi. Foto: Dhani Setiawan/Jateng Pos
"Kita harapkan jauh lebih turun lagi. Segera satu-dua hari ini kami akan menetapkan. Minggu ini berlaku, paling tidak akhir bulan ini ditetapkan dan berlaku sampai akhir tahun," tandasnya.

Menteri Pertanian Suswono menambahkan, bea masuk kedelai menjadi nol persen itu diambil lantaran terjadi kondisi darurat akibat persoalan lonjakan harga kedelai. ’’Saya kira tadi untuk kondisi darurat karena persoalan harga kedelai melambung,’’ katanya.

Dia juga memastikan bahwa kebijakan ini hanya bersifat sementara karena diberlakukan hingga paling lambat akhir tahun, dan akan diputuskan oleh tim tarif yang dipimpin Kementerian Keuangan.

Pihaknya mengakui, keputusan itu diambil secara mendadak sebab pemerintah kekurangan lahan untuk menanam kedelai, dan para petani menganggap lebih menguntungkan untuk menanam jagung.

JAKARTA-Aksi sweeping tempe di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, berakhir ricuh, kemarin. Sweeping yang dilakukan produsen tahu tempe yang tergabung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News