Swiss Bela Muslim Uighur, Dubes China di Bern Lontarkan Ancaman
jpnn.com, BERN - Duta Besar China untuk Swiss memperingatkan negara itu untuk tidak mengikuti jejak Uni Eropa jika tidak ingin merusak hubungan bilateral.
Tahun lalu, UE menuduh pejabat China melakukan penahanan massal terhadap Muslim Uighur dan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang dan memberlakukan sanksi pertamanya terhadap Beijing sejak embargo senjata pada 1989 menyusul tindakan keras Lapangan Tiananmen.
Swiss belum memutuskan untuk mengikuti jejak Uni Eropa.
"Siapa pun yang benar-benar peduli dengan hubungan persahabatan antara kedua negara dan yang membuat kebijakan yang bertanggung jawab tidak akan menyetujui sanksi," kata duta besar China di Bern, Wang Shihting, kepada NZZ am Sonntag.
"Jika Swiss menerapkan sanksi dan situasi berkembang ke arah yang tidak terkendali, hubungan Tiongkok-Swiss akan terganggu," tambahnya.
Kepala badan Swiss yang menerapkan sanksi ekonomi mengatakan dalam sebuah wawancara surat kabar pada bulan Juli dia mengharapkan negara netral untuk mengadopsi tindakan hukuman yang diluncurkan Uni Eropa terhadap China jika menyerang Taiwan.
Dalam mengungkap strategi baru di China tahun lalu, Bern mengumumkan beberapa perubahan kebijakan konkret dan menekankan pentingnya hubungan bilateral. Tapi itu berbicara lebih terbuka tentang ketidaksetujuannya terhadap catatan hak asasi manusia China daripada yang cenderung dilakukan di masa lalu.
Pada tahun 1950, Swiss adalah salah satu negara barat pertama yang mengakui Komunis Tiongkok. Sejak 2010, China telah menjadi mitra dagang terbesarnya di Asia dan terbesar ketiga secara global setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Duta Besar China untuk Swiss memperingatkan negara itu untuk tidak mengikuti jejak Uni Eropa jika tidak ingin merusak hubungan bilateral
- Forum Pemuda Indonesia-China: Generasi Muda Jadi Jembatan Kerja Sama
- Semifinal BWF World Tour Finals 2024: Ganda Campuran China dan Malaysia Saling Sikut
- Menkeu Sri Mulyani Buka-bukaan soal Nasib Ekonomi Indonesia pada 2025
- Pengamat Nilai Kritik 'The Economist' kepada Prabowo Tak Sesuai Kenyataan
- 'Trump Effect' Bisa jadi Peluang Besar bagi Indonesia, Asalkan
- ICIIS 2024 Sukses, Shan Hai Map Optimistis Iklim Investasi Indonesia Makin Baik