Syachrul Anto, Pria Humoris Itu Mendadak Bicara Takdir

Syachrul Anto, Pria Humoris Itu Mendadak Bicara Takdir
INDONESIA DRIVER RESQUE : Satiri Ahmad, Ajie Oye, Sahrul, Hendrata Yudha dan Ibhenk saat berada di Kapal Sadewa, di perairan Utara Karawang, Jumat (2/11/2018). FOTO: FEDRIK TARIGAN/JAWAPOS

Kepala Basarnas Muhammad Syaugi menyampaikan duka dan keprihatinan atas gugurnya Anto. Dia memuji almarhum sebagai sosok militan, senior, dan memiliki jam selam yang cukup tinggi.

’’Namun, kalau Tuhan menghendaki lain, tidak ada satu pun yg mampu mencegah,’’ ucap Syaugi.

Menurut laporan yang diterima, dua personel IDRT, termasuk Anto, pada Jumat sore menyelam turun ke dasar untuk mengecek apakah masih ada sisa korban atau barang.

Rekan menyelam Anto sedang mengamati dasar. Saat dia menoleh, Anto sudah tidak ada. ’’Ternyata sudah naik jauh ke atas. Ditemukan tim SAR. Pingsan,’’ jelas Syaugi.

Anto langsung diangkat ke atas kapal dan diperiksa tim dokter. Sempat sadar beberapa saat. Tim Basarnas langsung memasukkannya ke dalam tabung untuk didekompresi. Pria yang lahir di Makassar tapi besar di Surabaya itu lantas dilarikan secepatnya ke RSUD Koja. Tapi, nyawanya tak tertolong. ’’Almarhum adalah pahlawan kemanusiaan,’’ kata Syaugi.

Di mata keluarga besar, Anto dikenal sebagai pribadi yang supel. Dia tahu bagaimana cara mencairkan suasana. Terutama ketika ada acara kumpul keluarga besar. ’’Dia (Anto, Red) itu ngerti caranya bercanda, tapi di waktu yang tepat juga,’’ ungkap kakak ipar Anto, Ibnu Abdillah.

Bayu Wardoyo, team leader IDRT, mengenang Anto sebagai sosok yang berkomitmen tinggi pada kemanusiaan. Di berbagai medan. Baik di laut maupun darat.

’’Kata-kata yang selalu dia ucapkan, nyawa ini untuk menolong orang,’’ ujar Bayu.

Syahrul Anto, penyelam yang gugur di tengah upaya mencari korban pesawat Lion Air Jt 610, pahlawan kemanusiaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News