Syahbandar Dirumahkan, Suplai BBM Terhenti

Syahbandar Dirumahkan, Suplai BBM Terhenti
Syahbandar Dirumahkan, Suplai BBM Terhenti
Banun, 37, salah seorang Syahbandar menyebutkan, keputusan larangan mereka bekerja di depot, dikeluarkan Pertamina Selasa (6/11). Peraturan tersebut langsung diterapkan. "Padahal, informasi tersebut tidak pernah disosialisasikan kepada kami. Kami bekerja di sini hanya mengharapkan upah jasa dari sopir tangki. Untuk sekali mengisi truk tangki, kami mendapatkan upah Rp10 ribu sampai Rp15 ribu," kata Banun.

Selama ini, kata warga Bungus itu, mereka tidak pernah mengganggu sopir tangki, atau meminta bayaran lebih, karena tidak mematok tarif. "Berapa diberi sopir itu yang kami terima," ungkapnya.

Sehari-hari, syahbandar bekerja mengangkat pipa saluran BBM dan memasukannya ke dalam mobil tangki pengangkut BBM. Setelah selesai, dirinya ke luar bersama mobil tersebut. Untuk menjadi syahbandar, mereka diharuskan memiliki tanda pengenal yang diperoleh dari pihak Pertamina. "Tanda pengenal itu pun kami peroleh setelah membayar Rp50 ribu," katanya.

Unjuk rasa para syahbandar itu awalnya berjalan damai. Tapi tiba-tiba berubah anarkis. Sejumlah pengunjuk rasa melempari rumah dan mobil dinas pimpinan Depot Pertamina Telukkabung dengan batu. Diduga, itu terjadi Karen permintaan bertemu jajaran Pertamina tidak dipenuhi. Pengunjuk rasa berusaha mencari pimpinan depot Pertamina atau Operation Head PT Pertamina Depot Telukkabung di ruangan kantornya. Namun, tidak membuahkan hasil. Mereka kembali melanjutkan aksi di depan pintu masuk dan ke luar Depot Pertamina sambil membubuhkan tandatangan ke kain putih untuk menyatakan penolakan terhadap keputusan Pertamina.

PADANG--Para pendamping kernet truk tangki yang dikenal sebagai syahbandar berunjuk rasa ke Depot Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Terminal BBM

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News