Syarat Dua Kubu Ganjal Perdamaian
jpnn.com - KAIRO - Malam ini (18/8) gencatan senjata lima hari Israel dan Palestina di Jalur Gaza bakal berakhir.
Kemarin (17/8) delegasi Israel dan Palestina kembali bertolak ke Kota Kairo, Mesir, untuk melangsungkan dialog tidak langsung. Tetapi, pesimisme semakin kuat membayangi upaya damai melalui meja perundingan itu.
Begitu tiba di ibu kota Negeri Piramida tersebut, delegasi Palestina langsung menyatakan keraguan mereka dengan keberhasilan dialog damai itu. Sebab, dua pihak sama-sama ngotot memperjuangkan syarat damai masing-masing.
"Kami tidak lagi seoptimistis (perundingan) sebelumnya (untuk berdamai dengan Israel)," ungkap seorang juru runding Palestina kemarin.
Sebelum kembali ke Kairo untuk berdialog tidak langsung terkait dengan Gaza, tim Palestina lebih dulu berkonsultasi dengan beberapa negara sahabat di kawasan Timur Tengah. Antara lain, Qatar dan Lebanon.
Dari Kota Gaza, Jubir Hamas Sami Abu Zuhri kembali menegaskan tidak akan membatalkan tuntutan yang telah diajukan. Terutama tuntutan agar Israel mencabut embargonya atas Palestina. Karena ada embargo tersebut, warga Palestina tidak bisa melintasi perbatasan dan terpaksa terkurung di wilayah miskin itu selama sekitar delapan tahun terakhir.
"Kami tetap pada komitmen awal untuk mengegolkan tuntutan-tuntutan kami. Kami tidak akan mundur sedikit pun," tandas Abu Zuhri. Apalagi, lanjut dia, Palestina hanya meminta kembali yang seharusnya menjadi hak-hak mereka. Hak untuk menikmati kemerdekaan, menurut tokoh senior Hamas itu, adalah hak asasi.
"Sekarang kuncinya berada di tangan Israel," tutur Abu Zuhri mengenai sukses tidaknya kesepakatan damai Israel-Palestina tersebut. Sebelumnya, Hamas telah menolak mentah-mentah wacana Israel dan beberapa negara barat tentang perlucutan senjata. Organisasi radikal itu tidak mau meletakkan senjata mereka hanya supaya bisa berdamai dengan Israel.
Seperti Palestina, Israel pun ngotot mempertahankan tuntutannya terhadap Hamas sebagai syarat damai. "Kami berdamai jika roket-roket Hamas dan militan Gaza dijamin tidak lagi menghujani Israel," kata Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Kabarnya, pasca pertempuran 2009 dan 2012, Hamas masih mempunyai ribuan roket yang mampu menghantam Israel.
Dalam rapat mingguan Kabinet Israel kemarin, Netanyahu menyatakan bahwa serangan darat dan udara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) atas Gaza selama lebih dari empat pekan terakhir telah membuat Hamas terpojok.
"Jika Hamas berpikir kekalahan mereka di lapangan akan terbayar melalui kemenangan di meja perundingan, mereka salah besar," tegas pemimpin yang akrab disapa Bibi tersebut.
Sejauh ini pertempuran IDF dan Hamas plus militan Gaza telah merenggut sedikitnya 2.000 nyawa. Sebagian besar korban tewas adalah warga sipil Palestina. Sementara itu, Israel "hanya" kehilangan sekitar 67 jiwa.
Seluruh korban tewas Israel tersebut adalah serdadu, kecuali tiga orang. Data PBB menunjukkan bahwa konflik Gaza itu telah mengakibatkan lebih dari 10.000 orang terluka. (AP/AFP/Reuters/hep/c20/tia)
KAIRO - Malam ini (18/8) gencatan senjata lima hari Israel dan Palestina di Jalur Gaza bakal berakhir. Kemarin (17/8) delegasi Israel dan Palestina
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan