Sydney Berpotensi Rugi Triliunan Rupiah Akibat COVID, tetapi Pengusaha Justru Minta Lockdown Diperketat
Di saat banyak pelaku usaha di sektor ritel mengeluhkan perpanjangan 'lockdown' di kawasan di Greater Sydney, beberapa malah meminta agar pembatasan aktivitas diperketat.
Mereka merasa aturan yang lebih ketat akan membantu mengendalikan penularan COVID.
Semakin cepat penularan berkurang, maka semakin cepat pula warga bisa kembali beraktivitas dan ekonomi bisa segera pulih.
Wabah penularan baru di Sydney dan sekitarnya saat ini telah menyebabkan kerusakan ekonomi semakin meningkat.
Padahal New South Wales (NSW) adalah negara bagian dengan ekonomi terbesar, yang menyumbang sepertiga dari pendapatan Australia.
Menurut seorang ekonom, jika 'lockdown' berlangsung selama satu bulan lagi, maka akan merugikan perekonomian Australia hingga AU$7 miliar, atau lebih dari Rp8 triliun.
"Perkiraan saya adalah lockdown merugikan ekonomi NSW, yang secara definisi adalah ekonomi nasional, sekitar AU$1 miliar per minggu," kata Shane Oliver, kepala ekonom AMP Capital.
"Kami sudah memasuki pekan ketiga. Tetapi jika diperpanjang, katakanlah, empat minggu lagi, kita bisa memperkirakan kerugiannya, yakni AU$7 miliar."
Para pengamat ekonomi sudah memperingatkan andaikan New South Wales dengan ibu kota Sydney memberlakukan 'lockdown' lebih cepat, maka ekonomi mereka tak akan anjlok seperti saat ini
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata