T20 Mengajak Dunia Kembali Fokus Menangani Perubahan Iklim
Bambang berpendapat terdapat permasalahan mengenai kesenjangan yang lebar antara kapasitas pembiayaan ekonomi hijau negara berkembang dengan negara maju.
"Kapasitas ekonomi negara berkembang secara alami lebih rendah daripada negara maju. Tidak mengherankan bahwa mereka memiliki kapasitas fiskal dan moneter yang lebih kecil," ungkapnya.
Menurut dia, hal tersebut diperburuk dengan pandemi yang telah mengambil ruang pembiayaan dan membutuhkan tindakan transisi iklim yang lebih besar.
Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah yang memiliki komitmen terhadap dekarbonisasi, sering terhambat oleh ruang fiskal yang terbatas dan kendala pembiayaan eksternal yang mengikat.
Sebelum Covid-19, lanjut dia, upaya dekarbonisasi skala besar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah mengorbankan anggaran lainnya yang penting untuk agenda pembangunan ekonomi jangka panjang seperti infrastruktur dasar, sekolah, dan rumah sakit.
“Covid-19 makin memperparah kendala fiskal yang dihadapi negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah," ucap dia.
Oleh karena itu, Bambang berharap kolaborasi antarnegara sangat diperlukan untuk menjawab tantangan yang ada dalam mengatasi perubahan iklim. (antara/jpnn)
T20 atau Think 20 mengajak dunia kembali fokus menangani perubahan iklim. Perang Rusia dan Ukraina diharapkan tidak memengaruhi perubahan iklim.
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi
- Indonesia Tunda Komitmen Iklim di COP 29 Azerbaijan, Aktivis Lingkungan Bereaksi
- 5 Langkah Utama untuk Capai Emisi Net Zero di Sektor Tenaga Listrik
- ICEBM Untar 2024 jadi Sarana Percepatan Pencapaian SDGs untuk Semua Sektor
- APP Group Tegaskan Dukungan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan di COP 29 Azerbaijan
- Prabowo: Indonesia Dukung Energi Terbarukan & Pengurangan Emisi Karbon
- Pertamina Tegaskan Komitmen Transisi Energi Berkelanjutan Lewat ZRF Initiative