Tabligh
jpnn.com - Begitu mendarat di Lahore saya harus mencari masjid. Untuk salat Jumat.
Saya ingat beberapa teman saya yang anggota Jamaah Tabligh. Yang sering 'ijtima' ke Lahore.
Saya pun memutuskan: ke pusatnya Jamaah Tabligh itu. Setengah jam dari pusat kota Lahore.
Sopir saya mengaku tahu menuju ke sana, tetapi ternyata kesasar. Padahal sudah dua kali berhenti.
Bertanya ke sopir angkot di pinggir jalan. Saya lihat ia berhenti lagi. Bertanya lagi.
Setelah lima kali bertanya akhirnya masuklah kami ke jalan sempit. Kanan-kirinya padat dengan toko, kaki lima, warung, pangkalan angkot dan segala macam. Pokoknya khas daerah pinggiran di Pakistan: ruwet.
Di salah satu simpang tiga terlihat pintu besi. Gerbang yang ditutup rapat. Yang catnya sudah kusam.
Saya pastikan: di balik gerbang itulah tempat yang saya tuju. Terlihat sesekali gerbang dibuka. Beberapa orang berpakaian khas Pakistan masuk.