Tafsir Wapres untuk Nasib Sendiri
Oleh Dahlan Iskan

Kini rasanya lebih seimbang. Kebetulan saya kenal dua calon Wapres ini.
Dengan Kiai Ma’ruf Amin saya kenal sejak tahun 1990-an. Ketika Gus Dur minta saya menyelamatkan Bank Nusumma. Milik NU. Setelah bank itu ditinggal bangkrut Bank Summa. Milik pengusaha Edward Soeryajaya.
Mula-mula Gus Dur minta saya menaruh uang di Nusumma. Lalu menjadi pemegang saham mayoritas. Lantas menjadi direktur utama.
Permintaan terakhir itu saya sanggupi. Asal Gus Dur sendiri yang menjadi komisaris utamanya.
Jadilah saya Dirut Nusumma. Gus Dur preskomnya. Kiai Ma’ruf Amin komisarisnya.
Sampai beberapa tahun kemudian. Sampai menjelang Gus Dur jadi presiden.
Menjelang Pak Harto jatuh Gus Dur minta saya menyerahkan kembali saham itu. Untuk diberikan ke Edward lagi. Dibayar dengan cek. Yang ditandatangani oleh Edward sendiri. Di depan saya.
Sampai sekarang cek itu masih ada. Tidak bisa diuangkan. Kosong.
Di NU Kiai Ma’ruf dikenal sebagai ulama garis lurus. Prinsipnya: ‘tidak’ atau ‘ya’. Tidak ada prinsip ‘atau’. Itu berbeda dengan ulama NU lainnya.
- PUI: Pertemuan Prabowo–Megawati Langkah Strategis untuk Persatuan & Kesejahteraan Bangsa
- Prabowo Berencana Evakuasi 1.000 Warga Palestina ke Indonesia
- Parsel Khusus Prabowo Untuk Megawati, Ternyata Ini Isinya
- Ray Rangkuti Sebut Megawati Menunjukkan Kepiawaiannya dengan Didatangi Prabowo, Beda dengan Jokowi
- Prabowo Tegaskan Tak Ada Niat Menghidupkan Kembali Dwifungsi TNI, HIPAKAD Merespons
- Kalimat Jokowi Merespons Pertemuan Prabowo-Megawati