Tahan Hadapi Krisis ala Abdi Dalem Keraton Jogja

Jatah Beras Sejempol, Bawa Pulang Hanya Tiga Butir

Tahan Hadapi Krisis ala Abdi Dalem Keraton Jogja
Tahan Hadapi Krisis ala Abdi Dalem Keraton Jogja
Dalam bertugas, abdi dalem mengenakan seragam pakaian yang disebut kain pranakan. Warnanya biru tua dengan corak garis vertikal berjumlah tiga dan empat garis. Seragam itu ada sejak 188 tahun lalu saat Sri Sultan Hamengkubuwono V (1820-1855) menciptakan pakaian untuk para abdi.

Garis berjumlah tiga dan empat memiliki arti Telupat yang bermakna Kewuluminangka Perpat yang berarti direngkuh dan disaudarakan dalam satu kesatuan di kerajaan. Sifat persaudaraan yang diharapkan adalah persaudaraan sesama abdi dalem dan persaudaraan dengan Sri Sultan raja mereka.

Jadi, raja sebagai pemimpin tidak melihat abdi dalem sebagai hubungan antara pimpinan dengan bawahan, melainkan abdi dalem sebagai seseorang yang mengabdi kepada budayanya. ''Baju ini juga ada istimewanya lho, Mas. Kalau di jalan, kebetulan tidak bawa surat-surat dan helm, polisi tidak mau menilang. Mungkin mereka segan ya,'' kata Lurah Yudo lalu terkekeh.

Abdi dalem merawat seragam mereka dengan sangat hati-hati. Mereka menganggap semua pemberian Sultan (Hamengkubuwono X) adalah benda pusaka yang sangat berharga. Di Bangsal Magangan juga disediakan loker-loker dari kayu sebagai wadah menyimpan barang-barang abdi dalem.

Presiden sering mengingatkan agar rakyat hidup sederhana pada masa krisis. Bagi mereka yang tak biasa, imbauan SBY itu mungkin susah dijalani. Tapi,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News