Tahija Wolbachia
Oleh: Dahlan Iskan
Mantan direktur utama Astra pula. Dia sampai dibawa ke Singapura –yang minim pengalaman dalam mengatasi demam berdarah. Dia meninggal di sana.
Dokter Sjakon tidak sampai meninggal. Beruntung sekali. Dia pun tergerak untuk tahu lebih banyak penyakit demam berdarah. Terutama mengenai penyebabnya. Lalu bertekad terjun mengatasinya.
Sebagai dokter mata ahli bedah retina, tidak sulit bagi Sjakon memahami dunia kesehatan masyarakat.
Sebagai pewaris salah satu konglomerat terbesar Indonesia di masa lalu tidak sulit mencari dana.
Yang sulit adalah dari mana memulainya. Tidak banyak hasil penelitian tentang DB yang bisa dijadikan acuan, tetapi harus dimulai.
Dia pun memilih fokus pada pemusnahan jentik nyamuk pembawa virus demam berdarah: aedes aegypti. Pakai teknologi control of targeted sources. Gagal.
Lima tahun Yayasan Tahija berjuang melawan jentik aedes aegypti. Tidak membuahkan hasil. "Sudah habis Rp 50 miliar," ujar Trihadi yang saat itu belum bergabung ke Yayasan Tahija (baca: Tahiya).
Trihadi orang Kediri. Setelah lulus SMAN 2 Kediri dia masuk ITB. Teknik Industri. Angkatan tahun 1980.