Tahija Wolbachia

Oleh: Dahlan Iskan

Tahija Wolbachia
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Setelah dua tahun bekerja di Elnusa, Trihadi terjun ke lembaga not for profit, NGO. Dia bergabung ke World Vision International.

Selama 30 tahun di WVI, Trihadi pindah-pindah: Hong Kong, RRT, Singapura, Belanda, dan terakhir di London.

Kegagalan memberantas jentik aedes aegypti itu dibawa Sjakon ke seminar internasional di Amerika Serikat. Yakni di seminar American Society of Tropical Medicine and Society.

Di situlah Sjakon diberi tahu: ada peneliti nyamuk yang serius di Monash University Australia. Namanya: Prof Scott O'Neill.

Prof O'Neill sudah pula melakukan penelitian terapan di kota kecil di Australia utara. Dekat wilayah tropis. Berhasil.

Prof O'Neill memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam telur nyamuk. Itu membuat nyamuk tidak bisa menularkan bakteri ke nyamuk lain maupun ke manusia.

Bakteri Wolbachia itu ditemukan di tahun 1924. Wolbachia ditemukan di banyak serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk.

Ketika O'Neill memasukkannya ke telur nyamuk maka nyamuk baru tersebut tidak lagi bisa menularkan DB ke manusia.

Bakteri Wolbachia itu ditemukan di tahun 1924. virus itu ditemukan di banyak serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News