Tahija Wolbachia

Oleh: Dahlan Iskan

Tahija Wolbachia
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Pulang dari seminar di Amerika, Sjakon melakukan kontak dengan Prof O'Neill. Lalu di tahun 2011 Sjakon ingin menggunakan temuan itu di Indonesia.

Tidak mudah.

Yayasan Tahija menghadapi rintangan berat. Mirip dengan yang dialami mobil listrik dulu. Usaha itu pun gagal.

Beda dengan mobil listrik, Yayasan Tahija lebih pintar. Juga lebih gigih. Dia segera mencari tokoh daerah yang hebat yang bisa menjadi pendukung program pemberantasan DB yang dia inginkan.

Sjakon menemukannya: Sri Sultan Hamengkubuwono X dari Yogyakarta.

Sjakon menjelaskan bahwa Yogyakarta adalah salah satu daerah dengan korban DB terbanyak. Sri Sultan pun memberikan dukungannya, bahkan Sultan mengatakan "jangankan korban begitu besar, satu orang Yogyakarta meninggal pun sudah terlalu banyak".

Kalimat Sultan itu seperti mantra. Diingat terus oleh Yayasan Tahija. Dikutip lagi oleh Trihadi untuk saya.

Yang penting, kata Sultan, program ini aman. Sudah berdasar penelitian. Pelaksanaannya juga harus hati-hati.

Bakteri Wolbachia itu ditemukan di tahun 1924. virus itu ditemukan di banyak serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News