Tahija Wolbachia

Oleh: Dahlan Iskan

Tahija Wolbachia
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Begitu UGM siap, masyarakat di dua dukuh itu juga sudah siap. Maka kepada penduduk yang terpilih jadi objek diberikan ember. Diisi air. Ke dalam air itu ditaruh telur nyamuk yang sudah terinfeksi Wolbachia. Tiap ember diberi 10 sampai 15 telur.

Tidak semua rumah diberi ember. Satu ember bisa untuk radius 50 m. Setelah dua minggu, telur itu sudah terbang menjadi nyamuk. Lalu ember diisi air lagi. Diberi telur nyamuk lagi.

Begitulah. Tiap 2 minggu dilakukan hal yang sama. Sampai 12 kali.

Setelah itu memang terasa jumlah nyamuk di dua dusun itu meningkat, tetapi penduduk tidak kaget. Sudah tahu. Itu bukan lagi nyamuk yang berbahaya.

Pada siklus berikutnya jumlah nyamuk kembali normal. Yang berbeda: nyamuk normal itu tidak berbahaya lagi.

Sri Sultan terus dilapori pelaksanaan program ini. Setelah melihat jumlah korban demam berdarah turun drastis Sri Sultan minta agar diperluas. Di Sleman sendiri. Juga di seluruh Bantul.

Tidak ada gejolak. Tidak ada penolakan. UGM pun punya kian banyak peneliti nyamuk.

Tentu ada yang salah paham: program ini dikira modifikasi gen nyamuk. Sama sekali tidak. Virus Wolbachia-nya asli. Banyak ditemukan di berbagai serangga.

Bakteri Wolbachia itu ditemukan di tahun 1924. virus itu ditemukan di banyak serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News