Tahun Depan Perlu Edukasi Khusus Kelola Gambut
Caranya, membina masyarakat untuk membuka lahan tanpa bakar, mengembangkan komoditi lokal, memberikan pelatihan budi daya ikan air tawar, beternak dan budidaya lebah madu.
Tidak sulit mengidentifikasi restorasi dengan mengedukasi masyarakat.
Sampai saat ini, setelah dua tahun BRG, jumlah warga yang mengolah lahan gambut menggunakan api relatif kecil.
Lewat revitalisasi mata pencaharian, telah tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem lahan gambut untuk masa depan anak cucu.
Khusus lahan terbasahi, sepanjang 2017 BRG membangun infrastruktur pembasahan; sumur bor, sekat kanal, dan penimbunan kanal, di enam provinsi; Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel, dengan luas pembasahan terdampak mencapai 103.476 hektar.
Dari luas itu, lebih 60 persen – sekitar 62.126 hektar – berada di Kalimantan Tengah.
Jadi, sampai pertengahan Desember 2017, luas lahan yang direstorasi BRG mencapai 1,2 juta hektar.
Jumlah ini belum termasuk 93 ribu hektar lahan gambut yang direstorasi mitra BRG, dan tersebar di enam provinsi.
Kini tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem lahan gambut demi masa depan anak cucu
- Indonesia Ajak Dunia Internasional Bersinergi dalam Pengelolaan Gambut
- Moeldoko Sebut Nama Beberapa Lembaga yang Akan Dibubarkan, Jangan Kaget ya
- Berkat Restorasi Gambut, Karhutla di Dumai dan Siak Berkurang Signifikan
- Akurasi Peta Dinilai Masih jadi Hambatan Restorasi Lahan Gambut
- Upaya Pencegahan Dinilai Lebih Efektif Mengatasi Masalah Karhutla
- Peneliti Sebut Perlu Satu Dekade Lebih untuk Melihat Hasil Restorasi Gambut