Tahun Depan Perlu Edukasi Khusus Kelola Gambut
Titik pengamatan terbanyak terdapat di Sumatera Selatan, yaitu delapan.
Riau dan Jambi masing-masing tujuh. Hanya ada satu titik pengamatan tinggi muka air lahan gambut di Kalbar, tujuh lainnya di Kalteng.
Pemantauan tinggi muka air lahan gambut menjadi penting untuk mengidentifikasi potensi kebakaran lahan dan hutan.
Pengeringan lahan gambut, atau lahan gambut yang kering, menjadi pemicu kebakaran hutan yang relatif telah menjadi penyakit berkelanjutan bagi Indonesia.
Terakhir, pada 2015, kebakaran lahan gambut menyesakan jutaan penduduk, menimbulkan kerugian triliunan rupiah, dan menciptakan bencana asap regional.
Langkah restorasi yang dilakukan BRG relatif komprehensif. Tidak sekadar membasahi, berupaya mengembalikan ekosistem gambut, menjadikan masyarakat sebagai garda depan pengelolaan lahan gambut berkelanjutan, tapi juga pencegahan dini bencana kebakaran. (flo/jpnn)
Kini tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem lahan gambut demi masa depan anak cucu
Redaktur & Reporter : Natalia
- Indonesia Ajak Dunia Internasional Bersinergi dalam Pengelolaan Gambut
- Moeldoko Sebut Nama Beberapa Lembaga yang Akan Dibubarkan, Jangan Kaget ya
- Berkat Restorasi Gambut, Karhutla di Dumai dan Siak Berkurang Signifikan
- Akurasi Peta Dinilai Masih jadi Hambatan Restorasi Lahan Gambut
- Upaya Pencegahan Dinilai Lebih Efektif Mengatasi Masalah Karhutla
- Peneliti Sebut Perlu Satu Dekade Lebih untuk Melihat Hasil Restorasi Gambut