Tahun Depan, USD = Rp 8.500
Selasa, 14 Desember 2010 – 03:03 WIB
JAKARTA - Hingga tahun depan, Indonesia diprediksi masih menjadi salah satu favorit tujuan investasi. Capital inflow atau aliran modal masuk pun masih akan membanjir.
Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan, naiknya tekanan inflasi berpotensi membuat Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate. Jika BI rate naik, maka capital inflow akan makin deras mengalir ke Indonesia. "Dampaknya, apresiasi Rupiah akan terus berlanjut, bisa menembus Rp 8.500 hingga 8.800 per USD," ujarnya saat seminar di Jakarta, Senin (13/12).
Sebagai gambaran, berdasar nilai tengah kurs BI, kemarin nilai tukar Rupiah ditutup di level Rp 9.019 per USD, melemah tipis dibandingkan penutupan akhir pekan lalu yang sebesar Rp 9.015 per USD. Adapun dalam APBN 2011, nilai tukar dipatok di level Rp 9.250 per USD.
Menurut Fauzi, BI akan menghadapi dilema. Sebab, untuk mengerem inflasi, BI memang harus menaikkan BI rate guna menyerap likuiditas. Namun jika itu dilakukan, dana asing akan makin banyak membanjiri Indonesia. "Jika BI intervensi (untuk meredam apresiasi Rupiah), modal BI bisa terkuras," katanya. Tapi, lanjut dia, jika BI tidak melakukan intervensi dan membiarkan Rupiah menguat tajam, maka hal itu bakal memukul kinerja ekspor nasional.
JAKARTA - Hingga tahun depan, Indonesia diprediksi masih menjadi salah satu favorit tujuan investasi. Capital inflow atau aliran modal masuk pun
BERITA TERKAIT
- Tingkatkan Pelayanan Bandara, IAS Group Luncurkan GSE Teknologi Terbaru
- Winn Gas Luncurkan Produk Inovasi Terbaru, Ibu-Ibu Pasti Suka
- Lewat Cara ini SIG Dukung Inisiatif Kementerian BUMN Mewujudkan Asta Cita
- Baru Dirilis Awal Januari, Andal by Taspen Telah Diunduh Lebih Dari 1 Juta Peserta
- Menteri PPPA Ingin Tingkatkan Taraf Hidup Perempuan
- Bank Mandiri Promosikan Sektor IT ke Investor Hong Kong