Tahun Depan, USD = Rp 8.500
Selasa, 14 Desember 2010 – 03:03 WIB
Fauzi mengatakan, banyak pelaku pasar menilai, dengan kondisi inflasi saat ini, BI harusnya sudah menaikkan BI rate. Namun, hal itu tidak dilakukan karena ada tekanan politis. "Itu pandangan pelaku pasar," terangnya.
Baca Juga:
Karena itu, menurut Fauzi, BI harusnya bisa lebih realistis dalam penanganan inflasi, yakni dengan menaikkan BI rate. Adapun terkait dampak membanjirnya dana asing akibat kebijakan tersebut, maka BI dan pemerintah bisa mencari strategi untuk mengarahkan dana-dana asing ke berbagai instrumen. "Misalnya, melalui IPO (initial public offering/penawaran saham perdana)," sebutnya.
Dalam kesempatan sama, Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono mengatakan, derasnya aliran modal asing memang menjadi concern BI. "Aliran modal ini bisa jadi tsunami modal," ujarnya.
Karena itu, kata Hartadi, BI terus mencari strategi untuk mengarahkan dana-dana tersebut dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berjangka pendek, ke instrumen investasi jangka panjang. "Kita berupaya memperpanjang waktu lelang (SBI) dari mingguan ke bulanan, tenornya diperpanjang. Kita juga mengurangi beredarnya SBI di pasar uang kita gunakan term deposit, hanya bank-bank yang bisa menempatkan dan tidak bisa diperdagangkan," katanya. (owi/kim)
JAKARTA - Hingga tahun depan, Indonesia diprediksi masih menjadi salah satu favorit tujuan investasi. Capital inflow atau aliran modal masuk pun
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Pertamina Patra Niaga Regional JBB Sigap Atasi Kebocoran Pipa BBM di Cakung-Cilincing
- MR. DIY Bakal Melantai di Bursa, Tawarkan Saham Mulai Rp 1.650
- Bintang Sempurna Meraih 3 Penghargaan di Asian Print Awards 2024
- Kementerian BUMN Setorkan Dividen ke Negara Rp 85,5 Triliun, Optimistis Meningkat 2025
- Pertamina Temukan Sumur MNK, Peneliti: Bagus, Ini Upaya untuk Tingkatkan Produksi
- Mendes Yandri Optimistis Desa Mampu Penuhi Bahan Baku Protein Program Makan Bergizi Gratis