Tahun Ini, Sudah 1.058 Bayi yang Meninggal
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Kohar Hari Santosa mengungkapkan bahwa penyebab tertinggi kematian ibu di Jatim adalah eklampsia.
Yakni, kondisi serius akibat preeklampsia pada ibu hamil yang ditandai kejang.
Sepanjang 2018 sebanyak 30 persen ibu meninggal karena eklampsia. Kematian selanjutnya disebabkan pendarahan.
Angkanya mencapai 20 persen. Kematian bayi paling banyak disebabkan masalah gizi dan kondisi anemia pada ibu.
''Untuk menangani masalah tersebut, bidan harus profesional. Mereka harus bisa fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), gizi, serta imunisasi,'' ucap Kohar.
Kohar mengatakan, saat ini ada sekitar 570 ribu ibu hamil (bumil) di Jatim. Untuk menjaga para bumil dan janinnya agar tetap sehat, bidan perlu melakukan upaya promotif dan preventif. Misalnya, memberikan edukasi kepada ibu agar selalu mengonsumsi makanan yang bergizi.
''Selain itu, pelayanan obstetric neonatal emergency perlu dilakukan. Misalnya, melalui pemberian vitamin prenatal serta pertolongan persalinan pada ibu maupun bayi,'' papar Kohar. (ika/c15/gun/jpnn)
Sepanjang 2019 tercatat ada 134 kasus kematian ibu serta 1.058 kasus kematian bayi.
Redaktur & Reporter : Natalia
- Heboh Kematian Bayi di Kamar Indekos Mahasiswi, Ada yang Janggal
- Cegah Kematian Bayi, Kemenkes Bekali 10 Ribu Puskesmas dengan Alat USG
- Bayi Baru Lahir Meninggal di Klinik Bersalin, Polisi Lakukan Penyelidikan
- Bayi Tiga Hari Meninggal Diduga setelah Disuntik Bidan, Orang Tua Lapor Polisi
- Polisi Menduga Kematian Bayi di Tulungagung Tak Wajar
- Bayi Meninggal Setelah Imunisasi, Polisi Turun Tangan