Tahun Komitmen

Oleh: Dahlan Iskan

Tahun Komitmen
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

"Dakelan... ," kata ayah saya membuka pembicaraan. Ia tidak bisa mengucapkan ''h'' yang berat di nama Dahlan. "Tahukah kamu kenapa ketika semua orang tadi menangis ayah tidak menangis?"

Saya diam.

"Sebetulnya ayah tadi juga ingin menangis. Tapi ayah ingat pesan guru. Harus bisa  mengikhlaskan apa saja," katanya.

Saya masih diam.

"Ayah tadi tidak menangis karena sedang berlatih ikhlas. Ikhlas itu harus dilatih," tuturnya. "Agar kelak, ketika kita menghadapi sakaratul maut, meregang nyawa, kita sudah terlatih untuk ikhlas."

Ayah begitu fasih menirukan kata-kata gurunya. Guru yang dimaksud ayah adalah dalam pengertian guru spiritual: guru tarekat Syatariyah.

"Ayah khawatir, kalau kehilangan mbakyumu saja tidak ikhlas bagaimana kehilangan nyawa kelak," ujar ayah.

Ikhlas harus dilatih. Latihan ikhlas harus dilakukan.

Saya mencoba berlatih dengan cara yang keras: mengikatkan diri pada beberapa komitmen. Ada yang besar, ada yang kecil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News