Tahun Rutin

Tahun Rutin
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kalau ada pisang yang sudah tua, saya minta dipanenkan satu sisir saja.

Dulu, cara panen pisang itu mudah: bacok barangnya. Tandan pisang itu akan merunduk. Lalu tandan pisangnya diambil.

Sekarang, harus pakai tangga. Untuk 'menyunat' pisang itu satu sisir. Dibawa pulang.

Lima hari kemudian disunat lagi satu sisir. Tiap lima hari sunatan satu sisir. Satu pohon pisang bisa dipanen lima kali.

Kalau dipanen sekali, satu tandan itu akan masak bersamaan. Tidak bisa menghabiskan.

Dengan cara panen sunat seperti itu, saya bisa mendapat pisang setiap hari. Jarang sekali terpaksa membeli dari pasar.

Setengah jam kemudian, pukul 04.30, saya makan telur rebus lunak. Dua butir. Istri saya juga. Dua butir juga.

Pukul 05.00, saya minum jus jambu biji merah. Satu gelas besar. Juga setiap hari. Kadang dari kebun sendiri. Lebih sering istri saya membeli dari pasar.

Tahun memang sudah berganti, tetapi persoalan masih sama: menyelamatkan diri dari pandemi. Itu yang terpenting.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News