Tak Diawasi, Malah jadi Alat Intimidasi Petugas
Rabu, 11 November 2009 – 04:05 WIB
Menurut Reza, perangkat lie detector disebut polygraph dan bekerja seperti mesin pencatat data. "Di negara-negara maju, mesin dan ilmu itu sudah dibisniskan, terutama di perusahaan-perusahaan besar," katanya.
Namun, alat tersebut tidak berarti bisa mendeteksi sepenuhnya seseorang apakah dia menipu atau berkata jujur. "Orang sering salah tafsir. Sebenarnya, yang dideteksi itu adalah perubahan fisiologis tubuh yang dalam derajat tertentu diartikan sebagai indikasi kebohongan," jelasnya.
Alumnus Psikologi UGM itu menjelaskan, sebelum dites kebohongan, seseorang akan menjalani pengecekan detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan dan aktivitas elektro-dermal dalam tingkat normal. Setidaknya, ada tiga sensor yang akan dipasang pada seseorang yang diperiksa. Pertama berupa sensor respiratory rate atau pneumographs. "Seperti tabung karet yang berisi udara dipasang di area perut dan dada kiri tempat jantung," jelasnya.
Ketika dada atau otot-otot perut mengembang, udara di dalam tabung dipindahkan dalam bentuk grafik pada layar. Tanda itu akan bergulir jika subjek mengambil napas. Lalu, sensor tekanan darah yang dipasang di sekitar nadi lengan, fungsinya untuk mengukur tekanan darah.
Lie detector (alat pendeteksi kebohongan) sempat disinggung Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri di depan Komisi III DPR ketika menjelaskan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408