Tak Diawasi, Malah jadi Alat Intimidasi Petugas

Tak Diawasi, Malah jadi Alat Intimidasi Petugas
AHLI - Reza Indragiri Amriel MCrim (Forpsych), Ketua Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara dan pengajar PTIK yang menekuni ilmu psikologi forensik termasuk pemeriksa kebohongan. Foto: Ridlwan/Jawa Pos.
Apakah tes tersebut bisa dikelabui? Menurut Reza, kemungkinannya sangat besar. "Pada 1970-an, CIA pernah dilanda skandal agen ganda. Bertahun-tahun diperiksa dengan lie detector, lolos terus. Baru pada awal 1980 tertangkap tangan bahwa Amesh, agen itu, adalah double agent Soviet," jelasnya.

Orang yang cerdas dengan emosi stabil juga mudah lolos lie detector. Demikian pula orang dengan kondisi anhedonia. "Orang anhedonia adalah kondisi perasaan yang tumpul atau tidak bisa merasakan perubahan emosi. Kalau tipe itu diperiksa dengan lie detector, pasti lolos," katanya.

Sebaliknya, orang yang impulsif juga bisa mengelabui hasil. "Tipe impulsif sangat reaksional. Perubahan emosinya tinggi. Jadi, ditanya sesuatu yang ringan saja, emosi mudah muncul. Akibatnya, grafik pencatat naik turun dengan ekstrem," ucapnya.

Orang yang sering diperiksa dan berkali-kali dicek dengan lie detector juga akan mengalami desensitisasi. "Tidak lagi responsif pada alat. Hasilnya datar," tuturnya.

Lie detector (alat pendeteksi kebohongan) sempat disinggung Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri di depan Komisi III DPR ketika menjelaskan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News