Tak Etis Biarkan Industri Dalam Negeri Mati

Golkar Usulkan Renegosiasi Asean-China FTA

Tak Etis Biarkan Industri Dalam Negeri Mati
Tak Etis Biarkan Industri Dalam Negeri Mati
“Kita hanya mampu menjual bahan baku yang belum atau setengah diolah, sementara pemerintah Cina sangat agresif mendorong ekspor ke luar negeri dengan skim kebijakan yang mendorong industrinya bisa bersaing secara produktif, jadi antara ekspor dan impor kita akan timpang dengan sendirinya,” jelasnya.

Ditambahkannya, untuk tumbuh dan berkembang saja industri nasional masih terkendala dengan minimnya infrastruktur dan tingginya biaya tranportasi. Belum lagi, beber Ade, jasa kepelabuhanan di Indonesia yang masih berbelit. “Dengan kendala yang demikian besar, Fraksi Partai Golkar menilai tidak etis bagi pemerintah membiarkan industri manufaktur nasional 'mati' dengan sendirinya akibat diberlakukannya kesepakatan CAFTA,” ungkapnya.

Ade juga memberkan hasil kajian Golkar. Jika CAFTA dilaksanakan maka sektor industri yang akan terpuruk adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), industri petrokimia, industri peralatan dan mesin pertanian, industri alas kaki, industri fiber sintetik, industri elektronik (termasuk kabel dan peralatan listrik), industri permesinan, industri rancang bangun serta industri baja.

“Dengan Vietnam saja produk manufaktur kita sudah kalah, apalagi dengan produk Cina. Karena itu kami menyarakan kepada pemerintah untuk meneliti dan mengkaji produk-produk mana yang sudah siap untuk dilepas dalam rangka perdagangan bebas itu, dan bagi produk-produk industri yang belum mampu bersaing sebaiknya pemerintah melakukan renegoisasi kembali agar produk-produk tersebut ditunda dimasukkan dalam daftar perdagangan bebas Cina-Asean,” ulasnya.

JAKARTA - Desakan agar pemerintah menunda pemberlakuan kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China dalam kerangka China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News