Tak Ingin Terjerumus seperti Akil Mochtar
Sebagai hakim di MK, Hamdan mengaku mempunyai doa khusus agar tugas-tugasnya lancar dan terhindar dari fitnah. Dengan doa tersebut, Hamdan berharap dapat menjalani masa-masa menjadi ketua MK hingga akhir jabatannya dengan selamat.
’’Doa saya, masuk dengan selamat, keluar juga dengan selamat. Kehormatan itulah yang paling saya jaga,” bebernya.
Bagi Hamdan, menjadi hakim konstitusi bukanlah pekerjaan yang enteng. Menurut dia, godaan menjadi hakim jauh lebih besar daripada pekerjaan lain karena terkait dengan nasib seseorang. Oleh sebab itu, dia menekankan pentingnya konsistensi dalam memegang teguh kode etik hakim agar tidak terjerumus kepada perbuatan yang merugikan banyak pihak. Seperti yang dialami pendahulunya, Akil Mochtar.
’’Bagi saya jadi hakim itu yang paling penting dan utama serta pertama adalah lurus dan jujur. Kedua, kita harus memahami hukum dan tahu kasusnya dengan benar,’’ kata dia.
Dalam memutus perkara, Hamdan juga mengatakan bahwa dirinya selalu menggunakan pengetahuan dan keyakinan. Menurut dia, apabila seorang hakim memutus suatu perkara dengan keyakinan yang benar dan ternyata keputusannya tetap salah, maka dirinya tetap mendapatkan satu kebaikan.
’’Salah atau benar putusan itu kalau sudah dikeluarkan dengan kejujuran dan keyakinan serta hukum yang benar, masih dapat satu pahala menurut agama Islam. Saya tidak peduli apa kata orang,” tandasnya lantas tertawa. (*/ari)
Mahkamah Konstitusi (MK) punya nahkoda baru, menyusul dipecatnya Akil Mochtar, tersangka kasus suap Pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Ketua
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara