Tak Keberatan Dijuluki si Pembawa Kabar Bencana
Kalau ada bencana bagaimana bisa cepat mendapatkan data?
Sebenarnya masalah kecepatan kadang agak sulit. Saya pengennya cepat, tapi BPBD kan kadang aksesnya menuju tempat bencana sulit. Kecuali kalau bencana gempa kayak tsunami, kami pasti dapat paling cepat dibanding yang lain karena kami bisa 5 menit sudah dapat dari sistem yang ada di sini. Sirine posko yang ada berbunyi. 10 menit sistem yang ada di BNPB langsung menghitung penduduk terdampak, goncangannya. Lalu saya analisis sebentar dampaknya, enggak nyampe 30 menit saya buat beritanya. Diupdate tersebut. Saya diperintahkan Kepala BNPB, harus ada edukasinya buat masyarakat.
Saat Anda kirimkan pesan broadcast terus-menerus pernah ada yang marah-marah?
Pernah. Saya pernah dimaki-maki. Ini kan kadang enggak ketahuan, siapa yang punya BBM-nya. Kalau enggak aktif, saya reinvite. Terus kan di 'accept' sama yang di sana. Begitu saya broadcast, sampai ada yang BBM 'T*ik lu bencana melulu dibroadcast'. Lah saya kaget kok dimarahin. Saya tanya 'maaf dari mana ini'. Ternyata dia pakai handphone punya wartawan. Jadi handphone wartawan dijual ke orang itu. Pantas aja saya diomeli kirim broadcast terus. Akhirnya saya delete.
Saya baru tahu, kadang ada wartawan yang kecele nunggu BBM dari 'gebetannya' ternyata datangnya malah broadcast dari saya juga. Soal bencana pula. Ya gimana saya kan harus kirim informasi itu.
Kesulitannya kalau pakai BBM, saya enggak bisa share foto ke banyak orang. Kalau satu-satu kan ndak bisa, kontaknya ada 1000 lebih.
Pihak Blackberry sendiri enggak nyangka bahwa produk mereka ini bisa membantu saya memberi kabar bencana, untuk membantu kemanusiaan. Dia pernah ngambil profil saya untuk expo blackberry sedunia di Amerika.
Waktu saya di Global Platform, pertemuan kebencanaan dunia, jadi narasumber. Saya ceritakan pengalaman saya, termasuk memberi kabar bencana melalui BBM. Mereka tidak bisa, karena BlackBerry di negara lainkan sedikit.