Tak Lagi Bebas ke Mal, Larang Istri Praktik Advokat

Oleh Anggit Satriyo - Sofyan Hendra-, Jakarta

Tak Lagi Bebas ke Mal, Larang Istri Praktik Advokat
PEJABAT SEMENTARA PIMPINAN KPK: Tiga orang pelaksana tugas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sementara Mas Achmad Santosa (kiri), Waluyo (tengah) dan Tumpak Hatorangan Panggabean (kanan) berbincang sebelum mengucapkan sumpah dan janji jabatan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Selasa (6/10). Foto; Sofyan Hendra / JAWA POS
 

Sejenak Ota berpikir. Hari itu jawaban tak langsung diberikan. Dia mau, tapi ada sejumlah syarat. Salah satu di antaranya, dia harus tahu siapa saja dua kolega Ota lainnya saat memimpin KPK nanti. Esok harinya, tim lima mengajak Ota bertemu di sebuah tempat yang dirahasiakan. Selain tim tunjukan presiden itu, di tempat tersebut ada dua sosok lain. Mereka adalah Tumpak Hatorangan Panggabean dan Waluyo. Salah seorang anggota tim menyebutkan bahwa dua orang itulah yang bakal mendampingi Ota memimpin KPK. "Saya menyanggupi," ungkapnya.

 

Sebelumnya, Ota juga meminta pertimbangan sejumlah kolega dekatnya. Di antaranya, Sekjen Transparency International Indonesia (TII) Teten Masduki dan sejumlah pegiat antikorupsi. Di antaranya, Ketua TII Rizal Malik.Bukan hanya itu. Ota juga meminta pertimbangan istri dan anak semata wayangnya. "Saya berdiskusi bagaimana baik buruknya. Mereka akhirnya sangat mendukung," ucapnya.

 

Keluarganya juga harus menanggung konsekuensi jabatan itu. "Ya, minimal saya tidak pernah mengajak mereka pergi ke mal," ujarnya. Sebab, kode etik di KPK mengatur ketat perilaku pimpinan. Dia mengungkapkan bahwa saat di KPK nanti dirinya akan bekerja sangat keras. "Semua bisa diukur dari hasil kerja saya nanti," ucapnya.

 

Pada hari pertama menjabat pimpinan KPK, Ota akan menggelar rapat pimpinan. Di antaranya, membahas ketua KPK yang harus menggantikan Antasari. Namun, soal itu Ota lebih condong kepada sosok Tumpak Hatorangan. Dia beralasan, Tumpak adalah sosok tertua di komisi nanti. "Dia juga senior," ujarnya. Dia menerima tawaran itu karena usaha yang selama ini dirintis dalam pemberantasan korupsi tak ingin terputus begitu saja. Selama ini kiprah Ota dalam pembentukan KPK memang tak bisa diremehkan. Dia adalah sosok yang terlibat dalam menggodok pimpinan KPK saat ini. "Chandra, Bibit, Jasin, dan Haryono itu pilihan saya," jelasnya. Meski terus-terusan diempas isu tak sedap soal kasus suap, di mata Ota, dua pimpinan yang kini tersandung masalah hukum itu masih memiliki integritas. Ota juga bersedia angkat kaki dari KPK kalau polisi menghentikan penyidikan Bibit dan Chandra.

Tiga pimpinan baru KPK kemarin dilantik presiden. Mereka bersemangat untuk mengemban tugas baru. Bahkan, ada yang sudah berkomitmen untuk merelakan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News