Tak Lunasi Utang, Kedubes Arab Bakal Didemo

jpnn.com - JAKARTA - Sejumlah karyawan PT Packet Systems Indonesia (PSI) bakal menggelar aksi demo di Kedutaan Besar Arab Saudi di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Rabu (7/10). 

Salah seorang perwakilan PT PSI, Sabar Tambunan mengungkap, demo ini dipicu karena Kedubes Saudi Arabia belum melunasi utang sebanyak Rp 25 miliar.

"Demonstrasi yang dilakukan pada Senin kemarin tidak membuahkan hasil. Makanya kami besok harus menggelar demo lagi, sebagai pilihan terakhir agar Kedubes Arab Saudi mau membuka pintu dan bertemu dengan PSI," kata Sabar, Selasa (6/10) malam.

Dia menjelaskan, pengerjaan proyek di Kedubes Arab dimulai bulan Mei 2014 yang ditandai dengan turunnya Purchase Order ke PT PSI, dari pihak yang menangani proyek ini untuk Kedubes Arab, yaitu PT Nexevi dengan Cosmin Diluca sebagai direktur. 

"Karena keterlambatan pembayaran, berikut dengan denda maka hutang PT Nexevi ke PT PSI adalah sebesar US $ 1.499.775,57 atau setara dengan kurang lebih Rp 21 miliar. Selain PT Packet Systems, masih ada 4 vendor lain dengan total hutang sebesar Rp 4 miliar. Sehingga total kewajban PT Nexevi kepada 5 vendor adalah Rp 25 miliar," ungkapnya.

Menurut Sabar, penyelesaian proyek di Kedubes Arab ini terakhir pada bulan Mei 2015 yang ditandai dengan ditandatangani Berita Acara Serah Terima oleh kedua belah pihak. "Namun sampai hari ini, tidak ada tanda-tanda PT Nexevi akan melunasi utangnya," kata Sabar, sembari menambahkan proyek tersebut meliputi pekerjaan arsitektur sipil, sistem jaringan, sistem keamanan, CCTV dan control akses, cabling dan instalasi data.

Informasi dari PT Nexevi sebagaimana yang disampaikan oleh Cosmin Diluca ujar Sabar, pihak Kedubes Arab belum membayar pihaknya atas selesainya proyek. Namun keterangan dari Kedubes Arab, pihaknya telah melakukan pembayaran kepada PT Nexevi. 

"Keterangan ini disampaikan lisan dan belum ada bukti yang menguatkan. Ini yang mendorong PT PSI bersama vendor lainnya untuk mencari kepastian pelunasan kekurangan pembayaran proyek," pungkasnya. (fas/jpnn)