Tak Mau Bayar 'Perangko' karena Baru Dapat Anugerah dari Presiden
Sabtu, 06 April 2013 – 02:39 WIB
Misalnya untuk tiang penyanggah gubuk, bangku, dan meja dibuat dari kayu pohon pinus. Sedangkan atap dan dindingnya menggunakan daun-daun kering yang disusun rapi. Melihat keunikan sekolah tersebut, oleh masyarakat sekitar disebut "Sekolah Daun".
Saat pertama dioperasikan, Sekolah Daun menampung 45 siswa dengan kisaran umur 10 tahun sampai 18 tahun. Untuk mendidik 45 anak ini, Indrawati dibantu dua warga sekitar yang digajinya sendiri. Gaji Indrawati yang Rp 710 ribu itu dibagi bertiga.
Kerelaan perempuan berjilbab ini karena keinginannya untuk mengabdi pada anak-anak. Namun, Sekolah Daun ini sempat roboh diterpa angin dan anak-anak terpaksa diliburkan.
Sebagai gantinya, warga beramai-ramai membuat sekolah baru meski tetap menggunakan bahan alam, yaitu gedek. Itupun bekas dari penduduk yang mengganti dindingnya dengan tripleks. Untuk alat peraga, Indrawati benar-benar memanfatkan media alam
Berprestasi dengan segudang penghargaan ternyata bukan jaminan untuk lolos menjadi CPNS honorer K1. Uang masih menjadi faktorutama dan menjadi primadona
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala