Tak Mau Bayar 'Perangko' karena Baru Dapat Anugerah dari Presiden
Sabtu, 06 April 2013 – 02:39 WIB
Perubahan nasib Sekolah Daun ini mulai terlihat pada 2010, ketika pemerintah memberikan bantuan untuk program pembangunan desa tertinggal. Sekolah Daun yang sederhana diganti dengan sekolah semi permanen. Siswa-siswinya pun bisa menggunakan seragam Putih-Merah. Hanya saja pengajarnya masih tetap tiga orang, dengan pembagian masing-masing guru menghandle dua kelas.
"Sekarang sudah lumayan, sekolahnya mulai bagus. Jalannya pun sudah dua bulan ini (awal 2013) telah dibangun meski jalan setapak dan hanya bisa dilewati sepeda motor. Itupun masih ada lima kilometer jalan yang harus ditempuh dengan jalan kaki karena tingkat kecuramannya 45 derajat," tuturnya dengan mata berbinar-binar.
Nah, pengalaman menarik pun terjadi di pada awal tahun lalu. Ketika itu Indrawati yang sudah turun dari rumahnya pukul 04.30 Wita itu dihadang oleh sepasang ular hitam saat menuruni lereng gunung. "Hampir copot jantung saya ketika lihat ada dua ular hitam yang sudah mengepung dari depan dan belakang saya," ujarnya lantas.
Beruntung dia bisa selamat. Kejadian itu membuat dirinya mengalami shock dan hampir sepekan tidak mengajar. Namun beberapa orangtua di kampungnya berpendapat pertemuannya dengan ular adalah pertanda akan ada rezeki nomplok untuknya.
Berprestasi dengan segudang penghargaan ternyata bukan jaminan untuk lolos menjadi CPNS honorer K1. Uang masih menjadi faktorutama dan menjadi primadona
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala