Tak Takut Mati di Perang Suku, Pucat Pasi saat Dites Darah

Tak Takut Mati di Perang Suku, Pucat Pasi saat Dites Darah
Suasana lokalisasi di Mimika.
 

Sampai-sampai, ada joke yang menceritakan ketika seorang warga asli Timika sakit, dia takut setengah mati kala hendak disuntik dokter. "Dengan mengiba, orang Timika itu bilang kepada dokter, "Pak Dokter, tolong suntik aja air di dalam gelas itu, nanti sa (saya) minum?," kelakar Topan, anggota TNI yang bertugas di Timika yang dua pekan lalu menemani Jawa Pos blusukan ke Ayuka dan Tipuka, kampung suku asli Kamoro di Distrik Mimika Timur Jauh.

 

Sebagai alternatif, sejak dua tahun belakangan, gencar dilakukan metode quick oral yang lebih simpel dan aman karena hanya menggunakan sampel salifa atau air liur yang diambil di bagian bawah lidah, gusi, serta langit-langit mulut. Metode itu sangat praktis karena dalam waktu 10?15 menit bisa mengidentifikasi.

 

Juga, untuk menekan laju persebaran virus yang melemahkan daya tahan tubuh tersebut, sejak beberapa tahun lalu KPAD Mimika bersama Department Public Health & Malaria Control (PHMC) PT Freeport Indonesia menyediakan kondom secara gratis di lokalisasi Kilo 10.

 

Namun, pembagian kondom itu belum efektif. Sebab, banyak penikmat seks yang enggan menggunakan pengaman ketika melakukan kontak badan dengan penjaja cinta. Mereka tutup mata terhadap kampanye yang dilancarkan, antara lain, lewat baliho bergambar pisang bertulisan Lindungi Ko Pu Diri dengan Kondom yang berdiri tegak di sekitar lokalisasi.

HIV/AIDS terbukti menjadi virus pembunuh yang mengancam tujuh suku asli di Mimika, Papua. Yaitu, Suku Kamoro, Amungme, Mee, Nduga, Damal, Dani, dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News