Taksi Kemudi

Oleh: Dahlan Iskan

Taksi Kemudi
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Perjalanan taksi Waymo ini -seperti terlihat di layar- selama 13 menit. Setiap lampu merah dia berhenti sendiri. Lalu jalan lagi setelah lampunya hijau.

Waymo sangat disiplin. Ketika lampu sudah kuning dia berhenti. Tidak terlihat dia mempercepat lajunya memanfaatkan mumpung masih kuning.

Setiap kali berbelok setirnya berputar sendiri. Seperti ada hantu yang memutarnya. Tidak pernah sekali pun Waymo membunyikan klakson -apalagi memaki orang yang menerobos jalan.

Kami pilih tujuan akhir di depan resto Thailand agar dekat ke lokasi yang saya incar: pusat kota yang banyak tuna wismanya. Kami ingin berjalan-jalan di situ. Bagaimana bisa kota sekaya dan semodern San Francisco begitu banyak tuna wismanya.

Waymo ternyata bisa melihat ada tempat minggir kosong di depan resto tersebut. Waymo minggir di situ. Berhenti.

"Tujuan Anda sudah sampai.” Kami pun turun. Biasanya saya mengucapkan terima kasih kepada sopir taksi. Kali ini saya terpaku: apakah perlu mengucapkan terima kasih kepada setir mobil itu.

Jelaslah bahwa taksi tanpa sopir sudah ada. Sudah terwujud. Sudah beroperasi. Di San Francisco. Juga di Phoenix, kota terbesar yang agak sepi di Arizona. Daftar tunggu berikutnya: Los Angeles.

Dalam waktu tiga tahun ke depan pastilah semakin banyak kota yang mengijinkan Waymo beroperasi. Lalu akan mewabah ke seluruh dunia.

KEINGINAN lima bulan lalu baru tercapai sekarang: naik taksi tanpa pengemudi. Di San Francisco, Amerika Serikat. Selasa kemarin. Nama taksinya: Waymo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News