Taktik Perang Mao Zedong dalam Kemenangan Taliban dan Amerika yang Tak Belajar dari Sejarah
Ini semua tak dimaksudkan untuk menyangkal kebrutalan Mao atau Taliban.
Memang, kebrutalan merupakan inti dari doktrin Mao, seperti ungkapannya yang terkenal: "Revolusi bukanlah jamuan makan malam'.
Satu dekade lalu, dalam sebuah makalah untuk Carnegie Institute, ilmuwan politik dan spesialis Afghanistan Gilles Dorronsoro menjelaskan apa yang dilakukan AS keliru dan mengapa nantinya Taliban akan menang.
Taliban, tulisnya: "Memiliki strategi dan organisasi yang koheren untuk menerapkannya. Mempercayai hal sebaliknya, seperti ditunjukkan beberapa analis AS, adalah tindakan meremehkan musuh secara berbahaya."
Dorronsoro menetapkan peta jalan Taliban kembali ke kekuasaan berdasarkan ketahanan dan kemampuan untuk membangun kembali kekuatan.
Yang terpenting, katanya, Taliban mengeksploitasi kelemahan dan korupsi di pemerintahan dan kurangnya kepercayaan rakyat Afghanistan terhadap pejabat pemerintah.
Seperti yang dikatakan Mao, orang lebih penting daripada senjata. Taliban menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun hubungan di luar basis tradisional mereka, etnis Pashtun.
Seperti yang ditulis Dorronsoro, Taliban memiliki "strategi yang koheren" untuk "menghancurkan struktur tradisional (terutama struktur suku)".
Siapa yang menyusun strategi kemenangan Taliban di Afghanistan? Jawabannya mungkin mengejutkan: Mao Zedong
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika