Taktik Perang Mao Zedong dalam Kemenangan Taliban dan Amerika yang Tak Belajar dari Sejarah
Dorronsoro kemudian memperingatkan bahwa AS tidak memiliki alasan dan strategi untuk mengalahkan Taliban. Pemerintah Afghanistan yang lemah dan korup, katanya, hanya mempermudah Taliban untuk mempertahankan pijakan dan memperluas basis dukungannya.
Kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan seharusnya tidak mengejutkan siapa pun yang memperhatikan. Ini hanyalah sejarah yang berulang — dan kegagalan AS untuk mengindahkan pelajaran dari sejarah itu.
AS merupakan kekuatan militer terkuat di dunia, menghabiskan 20 tahun, triliunan dolar dan kehilangan ribuan nyawa dan tidak bisa mengalahkan Taliban.
Sama seperti saat meninggalkan Korea yang terpecah, mundur dari Vietnam yang jatuh ke tangan Komunis serta keluar dari Irak hanya untuk membuka pintu bagi ISIS.
Setelah Vietnam, Amerika mengalami krisis kepercayaan dan kehilangan gengsinya. Setelah Afghanistan, apakah kita masih percaya Presiden Joe Biden ketika dia berkata bahwa bertaruh melawan Amerika adalah ide yang buruk?
Taliban baru saja melakukannya.
Namun Amerika masih merupakan negara yang sangat diperlukan - jika bukan negara yang luar biasa.
Dunia masih mengarapkan Amerika untuk memimpin di dunia yang semakin bergejolak dan tidak dapat diprediksi. Negara-negara seperti Australia mau tak mau harus mengandalkan AS untuk keamanan.
Siapa yang menyusun strategi kemenangan Taliban di Afghanistan? Jawabannya mungkin mengejutkan: Mao Zedong
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika