Takut Keluar Rumah karena Diancam Akan Dibunuh

Takut Keluar Rumah karena Diancam Akan Dibunuh
Bayu Anggara saat membela Bontang FC musim lalu. Foto: M Jumri/Bontang Post/JPNN.com
Bontang FC dan PSLS Lhokseumawe divonis melakukan match fixing saat kedua tim berlaga di playoff  IPL pada 16 Oktober 2013. Ketika itu Bontang FC menang 4-3. Laga playoff  IPL lainnya yang melibatkan Bontang FC dan dianggap diatur hasilnya adalah saat mereka kalah 0-6 oleh Pro Duta (24/10/2013).

 

Buntutnya, 17 pemain Bontang FC dihukum tak boleh aktif di lapangan hijau selama 24 bulan karena dianggap diam meski terlibat. Mereka, antara lain, Tirta Bayu, Usman, Sudirman, Ridwansyah, Basri B.S., Achmad Setiawan, Arbadin, Deden Ridwan, dan Jimmy Kidega. Juga Yossi Aditya P., Hendri Satriadi, M. Alamin S., R. Ajend, Firman Usman, Gantarkan, Achmad Ramadhan, dan Nur Cholis Hamdi.

 

Sedangkan Manajer Camara Fode dilarang aktif di sepak bola seumur hidup plus didenda Rp 100 juta karena menerima suap dari pihak ketiga dan membagi-bagikannya kepada pemain. Hukuman serupa ditimpakan kepada Asisten Manajer Haeradi yang dinilai tahu tentang penyuapan itu dan membiarkannya. Sedangkan pelatih kepala Dedi Siswanto dilarang aktif di sepak bola selama 24 bulan karena dianggap tahu, tapi mendiamkan saja.

 

Adapun Bontang FC dihukum degradasi ke Divisi III, dilarang berkompetisi dua tahun, dan didenda Rp 100 juta. Seluruh pemain PSLS Lhokseumawe juga disanksi tak boleh aktif di sepak bola selama 24 bulan. Asisten pelatih serta salah satu ofisial klub dari Aceh itu, Nyak Rani dan Mahyudin, masing-masing dihukum lima tahun. PSLS, seperti halnya dengan Bontang FC, juga didegradasi ke Divisi III.   

 

Lolosnya Bayu Anggara dari hukuman Komdis PSSI dalam kasus match fixing di playoff  IPL justru berbuntut hujatan dan teror. Padahal, eks kiper

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News